Wednesday, November 24, 2010

Sekolah Bertaraf Internasional Vs Sekolah Internasional

10 Juli 2010


Sekolah Bertaraf Internasional Vs Sekolah Internasional

Belakangan ini kita sering mendengar perdebatan tentang RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). Banyak pihak yang berpendapat Sekolah Bertaraf Internasional ini terlalu prematur. Prematur karena tidak jelas latar belakang peluncurannya, konsep SBI ini muncul hanya sebagai ‘bukti’ bahwa kemendiknas memiliki misi dan tujuan dalam pemerintahan Presidan SBY kali ini. Prematur karena dilaksanakan tanpa survei dan analisis yang panjang. Prematur karena tidak jelas standarnya. Sekolah Bertaraf Internasional terkenal dengan rumusan SNP + X. Masyarakat menganggap X adalah sesuatu yang tidak jelas dan abstrak untuk dicapai.

Padahal pemerintah mengeluarkan program RSBI ini bukanlah tanpa sebab. Alasan pertama adalah, pada tahun 90-an, banyak sekolah-sekolah yang didirikan oleh suatu yayasan dengan menggunakan identitas internasional tetapi tidak jelas kualitas dan standarnya. Hingga 1991, ada 34 Sekolah Internasional. Sampai akhir era 1990-an, Sekolah Internasional bertambah 17 lagi. Tahun 2010 ini, belum diketahui secara pasti jumlah Sekolah Internasional di seluruh Indonesia. Namun, menurut perkataan Direktur Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendiknas Suyanto diperkirakan jumlahnya mencapai sekitar 400-an Sekolah Internasional yang akan masuk dalam pembinaan Kemendiknas. Dapat kita lihat Sekolah Internasional terlah menjamur tanpa adanya sertifkat atau pun pengakuan resmi dari Kemendiknas mengenai kualitas Sekolah Internasional ini Alasan kedua karena banyak orang tua yang mampu secara ekonomi memilih menyekolahkan anaknya ke Luar Negeri. Berdasarkan data Atdikbud Kairo, tahun 2009, di Mesir jumlah mahasiswa Indonesia sendiri sebanyak 3800 mahasiswa, dengan komposisi mahasiswa S3 sebanyak 23 orang, S2 sebanyak 321 orang dan sisanya program S1 dan ma'had di Al Azhar.

Apakah Sekolah Bertaraf Internasional hadir sebagai sebuah solusi dan harapan baru Sekolah Internasional yang terpuruk? Mampukah Sekolah Bertaraf Internasional menjadi solusi dan harapan baru Sekolah Internasional yang terpuruk?

Sunday, November 21, 2010

Butuh Sekadar Kosa Kata


Jalan adalah public goods yang seharusnya dapat dinikmati kapan pun oleh semua orang tanpa mengganggu kenyamanan orang lain. Fakta yang terjadi, di Jakarta jalan bukan lah barang publik lagi. Kenyamanan masayarakat terganggu bila banyak yang menggunakan jalanan sehingga menimbulkan kemacetan. Jalanan macet di Jakarta disebabkan karena terlalu banyaknya kendaraan yang melintas tanpa di dukung dengan fasilitas jalan dan ditambah ketidakteraturan dalam menggunakan jalan. Mobil bisa berhenti dimana saja dan kapan saja. Angkutan umum bisa ngetem dimana pun.
Sudah banyak ide-ide solusi yang diungkapkan masyarakat, dari sistem angkot terintegrasi, menaikkan tarif parkir, meniadakan subsidi BBM, sampai sistem mobil ganjil genap. Kenyataannya kebijakan yang diambil Pemda DKI Jakarta tergolong membuat masyarakat mengeryitkan dahi, seperti membatasi jumlah penggunaan sepeda motor dan membangun tol dalam kota. Sepeda motor yang merupakan representatif orang-orang menengah kebawah ikut terseret sebagai dalang macet. Padahal mobil lah yang secara terang-terangan menyita jalanan. Membangun jalan tol memang mengurangi kemacetan  dalam jangka pendek. Jangka panjangnya akan ada kemacetan lagi karena akan muncul lebih banyak lagi permintaan terhadap mobil. Inti permasalahan bukan berada di pendeknya jalan di Jakarta, melainkan karena terlalu banyaknya permintaan mobil. Pembuatan tol malah memfasilitasi pengguna mobil untuk terus memakai mobil. Dari kebijakan-kebijakan ini, pemerintah seolah takut mengambil kebijakan yang nantinya akan merugikan pejabat.
Dibutuhkan kejujuran dalam menjawab permasalah kemacetan ini. Mencari kebijakan yang adil, adil bukan sama rasa sama rata, tetapi adil sesuai proporsinya. Bagaimana kebijakan itu tidak memberatkan si miskin tapi juga tidak jadi gagal mengeksekusi orang-orang kaya si empunya mobil. Setelahnya, hanya masalah bagaimana aparat secara tegas dan konsisten menerapkan peraturan yang ada. Tegas untuk menetapakan kebijakan secara tertulis dan legal juga tegas dalam mejalankan peraturan dan sanksinya. Tegas tidak memandang jabatan tetapi melihat secara objektif atas apa yang telah seseorang lakukan. Konsisten untuk secara berkelanjutan menjalankan sanksi dari kebijakan yang diambil. Peraturan yang dibuat harus secara terus menerus dilakukan dan ditegakkan. Tidak hanya 3 bulan pertama setelah peluncuran peraturan, tetapi selama peraturan itu relevan.
Pemisahan antara pusat bisnis dan pusat pemerintahan perlu dilakukan Pemda Jakarta dan pemerintahan pusat. Selama ini Jakarta memegang kedua peran itu bersamaan. Tentunya hal ini membuat Jakarta tampak begitu menarik dengan segala kekurangannya. Pemisahan ini penting agar terjadi pemerataan pembangunan di berbagai daerah. Sehingga daerah lain juga akan menarik bagi masyarakat indonesia. Pemindahan pusat pemerintahan tentu lebih mudah dan murah daripada memindahkan pusat bisnis. Dengan dipindahkannya pusat pemerintahan, selain mengurangi kemacetan, dapat juga membuat pemerintah dapat secara langsung dan nyata melihat perkembangan daerah-daerah tertinggal.
Kebijakan apa pun yang nantinya ditetapkan pemerintah, diharapkan secara tegas menjawab inti permasalahan macet di Jakarta. Bukan sekedar kamuflase agar tampak bertindak, tetapi bertindak secara konkrit.

Venty
Mahasiswa Ilmu Ekonomi FE UI 2009
Peserta PPSDMS Nurul Fikri Angkatan V

Redenominasi Antara Keberhasilan dan Kegagalan


Mendengar kata redenominasi seolah membangkitkan ingatan kita akan sanering. Namun, redenominasi dan sanering adalah dua hal yang berbeda. Kali ini kita tidak akan membahas secara mendetail mengenai perbandingan antara keduanya. Cukup tahu saja. Sanering sendiri berarti memotong nilai mata uang, sedangkan redenominasi hanya pengurangan 2-4 angka nol dari nominal mata uang. Sedangkan alasan yang mempengaruhi redenominasi sendiri masih cukup banyak. Ada alasan kredibilitas, politik dalam negeri, dan identitas (Layna Mosley,2005). Menurut Firmanzah, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, ini (redenominasi) triger keresahan terhadap dolar, euro, dan uang global lain, tapi bukan substansi, ini soal identitas saja. Mata uang sendiri memang menjadi bukti kedaulatan ekonomi suatu negara. Dan redenominasi membantu meyakinkan masyarakat bahwa mata uang lokal juga berharga untuk dimiliki. Lalu, mau dibawa kemanakah rupiah?
Masyarakat sebenarnya tidak usah resah, tidak usah takut direalisasikan wacana redenominasi di Indonesia. Hal ini karena sudah banyak negara yang melakukan redenominasi dan banyak diantaranya berhasil. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai keberhasilan redenominasi yang ditunjukkan Turki dan likaliku keberhasilan  Rusia. Yang perlu diperhatikan dan dijaga adalah nilai tukar yang stabil, penurunan suku bunga, pertumbuhan berkelanjutan, Produk Domestik Bruto, dan cadangan devisa yang kuat

tayamum

by Venty Aja on Sunday, 04 July 2010 at 20:43
boleh copas dari http://mukennacantik.multiply.com/journal

Iseng-Iseng baca Notes teman, Isinya bagus..... Ada yg di edit dikit juga .... Ini Nih Isi Emailnya...

Assalaamu'alaikum, wr, wb.

Teman saya bertanya kepada saya,
"Kamu sering kesetrum listrik statis waktu memegang handle pintu kantor kita?"
Saya jawab, "Iya, betul sekali. Tetapi hanya waktu winter saja."

Setiap musim winter tiba, saya memang sering merasa kesetrum ketika memegang handle pintu yang terbuat dari bahan logam seperti almunium.

Ia bertanya, "Tahukah kamu mengapa hal ini tidak terjadi di musim yang lain?"
Saya jawab, "Tidak tahu."
Kata teman saya, "Karena udara sangat kering di musim winter."
Saya tanya, "Kok bisa begitu?"

Jawab dia,
"Karena molekul air yang mengembun di tubuh kita akan menetralkan listrik statis yang terakumulasi di tubuh kita.

Di musim winter, udara sangat kering, sehingga tidak ada molekul air di permukaan kulit kita.
Elektron yang terkumpul di tubuh kita, yang kebanyakan berasal dari gesekan jaket yang kita kenakan, akan terus terakumulasi.

Dan begitu tangan kita menyentuh logam yang merupakan konduktor yang baik, elektron yang terakumulasi tadi langsung "meloncat" dari tubuh kita ke logam tsb.

Itu adalah fenomena "petir mini", dan ujung jarimu yang merasa seperti tersambar petir.

Hal ini mirip dengan fenomena penangkal petir.
Di atas ada gumpalan uap air yang kaya akan elektron.
Elektron elektron itu akan "meloncat" ke bumi melalui titik titik terdekat dengan awan yang terbuat bahan konduktor yang bagus."


Saya terkesima, dan berujar, "Oooo, begitu ya, ceritanya."

Ia pun dengan semangat meneruskan kuliahnya,

"Jadi, kalau kamu tidak ingin tersambar pertir mini alias kesetrum listrik statis,
sebelum kau memegang handle pintu,
basahilah dulu tanganmu dengan air.
Atau, kalau tidak ada air,
salurkanlah elektron di tubuhmu ke bumi dengan menebakkan tanganmu ke tanah atau tembok."

Saya terperangah dengan kalimat terakhir itu.
Saya terperanjat.
Saya terkagum kagum.
Saya bertakbir:... Allahu Akbar....!

Berpuluh puluh tahun saya bertanya tanya tentang tayamum sebagai pengganti wudhu, berpuluh puluh tahun naluri keingintahuan saya pendam.

Hari ini, temanku yang notabene seorang atheis yang menjelaskannya dengan gamblang dengan teori listrik statis,
sebuah ilmu sederhana yang sudah aku pelajari sejak bangku SD dan selalu kudapatkan pelajaran itu di jenjang sekolah berikutnya.

Dulu, saya mengira bahwa (satu satunya) hikmah berwudhu adalah membersihkan badan dari kotoran yang menempel di tubuh kita.

Tetapi saya tidak habis fikir, bagaimana bisa wudhu diganti dengan tayammum yang dilakukan dengan membasuhkan debu ke wajah dan telapak tangan?

Ternyata "kotoran" yang ada di dalam tubuh kita ternyata bukan hanya debu yang menempel ke tubuh kita.

Ada jenis "kotoran" yang tidak terlihat oleh mata, jauh lebih berbahaya bila tidak segera di"buang".
"Kotoran" itu bernama elektron, yang apabila terlalu banyak terakumulasi di tubuh kita bisa merusak kesetimbangan sistem elektrolit cairan di dalam tubuh kita.

Molekul molekul air H2O yang bersifat polar sangat mudah menyerap elektron elektron yang terakumulasi di tubuh kita.

Hanya dengan mengusapkan air ke permukaan kulit saja, maka "kotoran" elektron itu dengan mudah "terbuang" dari tubuh kita.

Ternyata, hanya dengan membasuh kulit tubuh dengan air itulah kelebihan elektron di permukaan tubuh kita akan dinetralkan.

Dengan teori "kotoran" elektron listrik statis inilah akhirnya rahasia di balik tayamum sebagai pengganti wudhu menjadi terang benderang di mata saya;

Bahwa air yang dibasuhkan ke kulit tubuh akan menetralkan listrik statis di tubuh kita,
dan penetralan itu bisa diganti dengan menebakkan tangan ke tanah dan mengusapkan debu wajah dan telapak tangan.

Pernah ada kisah seorang sahabat bergulung gulung di tanah karena ia harus mandi besar dan tidak ada air.
Ia mengira, bahwa ia harus melumuri tubuhnya dengan debu, sebab ia beranalogi dengan wudhu dan tayamum.

Kalau wudhu yang mengusap hanya wajah, kepala, tangan dan kaki difanti dengan tayamum yang mengusap wajah dan telapak tangan, maka mandi janabat yang harus membasuh seluruh tubuh diganti dengan tayamum seluruh tubuh.

Rasulullah pun menjelaskan bahwa tayamum untuk mandi janabah dilakukan sama persis dengan tayamum sebagai pengganti wudhu, yaitu cukup wajah dan telapak tangan saja.

Subhaanallaah. ... Satu lagi Allah tunjukkan kepada saya bukti kebenaran Alqur'an sebagai wahyu Allah dan bukan karangan manusia:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ ۚ وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا ۚ وَإِن كُنتُم مَّرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِّنكُم مِّنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ ۚ مَا يُرِيدُ اللَّـهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَـٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku,
dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah,
dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan,
lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih);
sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.
Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (6) QS AlMaidah.


Merasa mendapatkan "ilmu baru", saya pun mengklarifikasi hal ini ke mbah Google. Rupa rupanya saya ketinggalan jaman. Ternyata literatur mengenai wudhu, tayamum dan listrik statis ini sudah berjibun jumlahnya. Inilah salah satunya:

http://fountainmaga/ zine.net/ article.php? ARTICLEID= 435

Untungnya saya melakukan literatur search kecil kecilan sebelum membagi pengalaman saya di atas. Jika tidak, bisa bisa saya mendapat gelar baru: Plagiator!

Alaa kulli haal, above all, mudah mudahan sharing pengalaman saya ini bisa menambah keyakinan bagi rekan rekan semua akan kebenaran Alqur'an. Sukur sukur ada yang bersedia menjelaskan lebih detail. Amin.

Wassalam,


Rois Fatoni

Dosen Teknik Kimia Univ. Muhammadiyah Surakarta
Graduate Student)
Department of Chemical Engineering
University of Waterloo
200 University Avenue West
Waterloo, ON, Canada N2L 3G1
519 888 4567 ext 35675
519 954 6079 (Home)

Sumber : Geys.C

Semoga bermanfaat buat kita semua.... Yang mau copas silahkan .. jangan lupa sumbernya di tulis juga yaa

kebohongan

by Venty Aja on Friday, 12 June 2009 at 07:27
copas entah dari mana...
 
 
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata:“Makanlah nak, Ibu tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika aku mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, Ibu duduk disampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata: "Makanlah Nak, Ibu tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA.

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel. Dari hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata:
"Cepatlah tidur nak, Ibu tidak Capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, Ibu yang tegar dan gigih menungguku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk Ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata: "Minumlah nak, Ibu tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap Sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, Dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kami pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat Kondisi keluarga yang semakin parah, Ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk Menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, Ibu berkata: "Saya tidak butuh cinta" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah aku dan kakakku semuanya bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau , Ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang Tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata: "Ibu masih punya uang" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian Memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika. Berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, Ibu berkata kepadaku "Ibu tidak terbiasa" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit Kanker Lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang Samudera Atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk Ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya Setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menggerogoti tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti Ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata: "Jangan menangis anakku, Ibu tidak sakit" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.


semoga kita masih punya waktu untuk membalas setiap kebohongan ibu itu

pelajar juga bisa kok :)

by Venty Aja on Tuesday, 07 April 2009 at 17:25
Suka sedih deh kalo melihat sekitar. Sedih melihat Islam dihina, sedih melihat banyak banget orang-orang ngga paham apa itu islam, gimana indahnya islam. Sedih melihat banyak orang yang jadi antipati dengan islam karena orang-orang itu hanya melihat umatnya, bukan Islamnya. Indahnya Islam seakan-akan memudar seiring bertambahnya orang yang mengaku Islam. Umat islam yang begitu banyak tapi hanya sedikit yang tau ajaran Islam, dari yang sedikit itu, lebih sedikit lagi yang paham, apalagi yang benar-benar mengimplementasikannya dalam hidup. Malu ngga sih, ketika kita tidak dapat melakukan apa-apa untuk agama kita ini? Ngaku Islam, tapi ngga ngapa-ngapain. “Berat ah, udah lah itu urusan orang dewasa aja. Lagian kita bisa ngapain? Ngomong aja belum tentu didengerin. Kita kan pelajar, ya belajar aja”. Sebagai pelajar juga bisa kok. Kita menjadi pelajar yang selalu bekerja keras, mencintai kedamaian, dan memperbaiki diri sendiri.

Menjadi pelajar yang bekerja keras. Susahkah? Ngga kok. Yang penting kita tidak mengeluh dan memanfaatkan waktu yang kita punya. Ketika kita menahan diri kita unutk mengeluh, secara otomatis, diri kita akan berbuat yang lain sehingga waktu kita tidak terbuang hanya untuk mengeluh. Dan ketika kita menahan diri kita, disaat itu juga kita sedang menyugestikan diri kita bahwa kita bisa dan terus maju! Terus kalo sedang tidak ngapa-ngapain, kita isi dengan kegiatan lain baca atau belajar.*kesannya memang aneh sih, tapi itu lah pergeseran budaya, pelajar belajar kok dianggap aneh*. Dari pada melamun atau malah gibah.

Yang kedua, menjadi pelajar yang cinta damai. Entah kenapa sepertinya banyak yang mengidentikkan Islam dengan kekerasan. Aneh, padahal Islam itu damai banget lohh. Nah, kita sebagai pelajar harus bisa nunjukin kalo Islam itu memang-memang damai. Jaga omongan, jaga kesopansantunan kita, tunjukin sikap seorang muslim sejati. Ada seorang teman sedang di bis dan melihat segerombolan anak-anak berkopiah bergelantungan di pintu bis. Omongannya itu lohhh ngga nahan, anj***, ngent**. Lengkap deh. Taukah mereka mau kemana? Mereka mau maulid-an. Mmm, mau maulid-an tapi omongannya kaya gitu. Gimana orang yang tidak mengenal Islam menjadi membuat kesimpulan sendiri kalo seperti ini??? Ditahan doank bicaranya. Terus, kalo ada masalah, ngga usah ngoto-ngototan lah. Ngga akan menang juga. Lebih baik dibicarakan baik-baik, dicari solusi yang sama-sama ngenakin. Dimusyawarahkan aja, Islam sangat mengajurkan musyawarah bukan?

Yang terakhir, menjadi pelajar yang selalu perbaiki diri sendiri. Ini berarti kita menjadi pelajar yang terbuka dengan kritik dan selalu belajar. Ketika dikritik Islam itu brutal, ya didenger aja dulu, baru deh kita pikir kenapa ya bisa gitu, terus apa nih yang dapat kita lakukan. Gitu juga ketika ada masalah, jangan buru-buru marah, ditelaah aja dulu kenapa ya kok bisa sampai begini, apa ya hikmahnya, apa yang bisa kita lakukan supaya lain kali kita ngga jatuh di masalah yang sama. Mulailah memperbaiki diri sendiri dulu, insyaAllah yang disekitar kita akan menyusul kok. Jadi, ngga perlu repot-repot nyuruh orang lain berubah, ubah aja diri sendiri. Berikan mereka contoh konkret indahnya Islam lewat diri kita.

Jadi, sebagai pelajar pun kita bisa kok ‘melakukan sesuatu’. Mulai saat ini dari diri sendiri. Menjadi pelajar yang selalu memperbaiki diri sediri untuk agamanya. :)



*maaf ya masih amat sangat abal. maklum baru belajar :D
minta kritik dan sarannya donk