Sunday, November 21, 2010

Redenominasi Antara Keberhasilan dan Kegagalan


Mendengar kata redenominasi seolah membangkitkan ingatan kita akan sanering. Namun, redenominasi dan sanering adalah dua hal yang berbeda. Kali ini kita tidak akan membahas secara mendetail mengenai perbandingan antara keduanya. Cukup tahu saja. Sanering sendiri berarti memotong nilai mata uang, sedangkan redenominasi hanya pengurangan 2-4 angka nol dari nominal mata uang. Sedangkan alasan yang mempengaruhi redenominasi sendiri masih cukup banyak. Ada alasan kredibilitas, politik dalam negeri, dan identitas (Layna Mosley,2005). Menurut Firmanzah, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, ini (redenominasi) triger keresahan terhadap dolar, euro, dan uang global lain, tapi bukan substansi, ini soal identitas saja. Mata uang sendiri memang menjadi bukti kedaulatan ekonomi suatu negara. Dan redenominasi membantu meyakinkan masyarakat bahwa mata uang lokal juga berharga untuk dimiliki. Lalu, mau dibawa kemanakah rupiah?
Masyarakat sebenarnya tidak usah resah, tidak usah takut direalisasikan wacana redenominasi di Indonesia. Hal ini karena sudah banyak negara yang melakukan redenominasi dan banyak diantaranya berhasil. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai keberhasilan redenominasi yang ditunjukkan Turki dan likaliku keberhasilan  Rusia. Yang perlu diperhatikan dan dijaga adalah nilai tukar yang stabil, penurunan suku bunga, pertumbuhan berkelanjutan, Produk Domestik Bruto, dan cadangan devisa yang kuat


Redonominasi di Turki
Turki sebuah negara yang berhasil melakukan redenominasi.  Disaat memutuskan redenominasi (2005), Turki mengalami stepping inflation lebih dari 20 tahun. Dampak dari stepping inflation,  Turki harus siap untuk terus mengeluarkan biaya untuk pergantian sistem, kesulitan dalam pendistribusian pendapatan, dan ketidakmungkinan membuat rencana jangka panjang. Namun, Turki telah membuktikan bahwa dia mampu memperhitungkan dan mempersiapkan dampak redenominasi. Terbukti, setelah redenominasi, inflasi tetap stabil dan nilai mata uang lokal naik.

Redonominasi di Rusia
Lain Turki, lain juga Rusia. Jika Turki hanya butuh sekali, Rusia membutuhkan 6 kali redenominasi untuk stabil. Redenominasi pertama sampai ke tiga terturut-turut dilakukan pada tahun 1922, 1923, dan 1924 (russia-ic.com). Redenominasi yang dilakukan setiap tahun ini menunjukkan ketidakmampuan pemerintah menjaga inflasi sehingga nilai rubel turun begitu jauh. Hal ini terjadi juga dapat disebabkan karena masyarakat Rusia lebih memilih mengunakan mata uang asing karena mata uang Rusia dianggap tidak efisien mengingat Rusia hanya menerbitkan beberapa jenis uang yang tentunya tidak dapat mendukung aktifitas perdagangan. Hal ini diperparah pada 1923 Soviet melakukuan monetary union (penyatuan mata uang) sehingga fokus masyarakat Rusia beralih ke mata uang tunggal tersebut. Yang ke empat dilakukan tahun 1947. Redenominasi ke lima tahun 1961 dilakukan karena telah terjadi Perang Dunia II yang membuat kondisi negara Soviet terpuruk, Yang terakhir tahun 1998. Perbankan Rusia yang pada tahun 1998 mengalami collapse  sebelum redenominasi memiliki tingkat inflasi 14,6% kemudian meningkat 27,6% dan setelah redenominasi meningkat tajam ke 85,7%.
Bagaimana jika redominasi dilakukan di Indonesia?
Menurut penulis keputusan untuk meredenominasi akan menjadi sebuah momentum yang baik jika pemerintah sudah menyiapkan diri atas seluruh dampak dan dari resiko kegagalan. Memang pengeluaran biaya untuk redenominasi adalah sebuah kepastian. Tidak hanya masalah mencetak uang, tetapi juga masalah hukum, regulasi, dan teknologi. Namun, ketika ini dilakukan tahun 2013, akan menekan biaya dari penyetakan uang baru karena tahun 2013 uang lama yang lusuh dan rusak akan ditarik dan diganti yang baru. Didukung dengan tingkat inflasi yang stabil dan normal,  redenominasi dapat membawa Rupiah lebih bergengsi untuk dimiliki dan lebih dapat ‘diadu’ dengan mata uang lain. Namun, perlu diingat sosialisasi yang berkelanjutan dan meyakinkan sehingga masyarakat tetap yakin akan keputusan yang akan diambil pemerintah ini. Akan naik atau turunkah inflasi tergantung kepercayaan dan dukungan masyarakat. Dampak keyakinan ini akan menjadi penentu segala pergerakan ekonomi yang akan terjadi setelahnya. Mengingat Rusia gagal menstabilkan inflasinya karena dibentuknya Soviet Union dan adanya rencana dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015, pemerintah juga perlu memastikan rupiah yang baru nantinya sudah diterima masyarakat sebelum akhirnya membuat rencana monetary union bersama Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Referensi:
http://www.allacademic.com/meta/p_mla_apa_research_citation/0/4/0/1/0/pages40104/p40104-2.php
http://www.detikfinance.com/read/2010/08/06/104304/1414737/5/redenominasi-rupiah-bisa-membuat-efisiensi
http://www.russia-ic.com/business_law/in_depth/194/
http://www.servinghistory.com/topics/redenomination::sub::Redenomination
http://www.thestatesmanonline.com/pages/news_detail.php?section=2&newsid=3642
http://www.thejakartapost.com/news/2010/08/09/redenomination-how-not-socialize-policy.html

No comments:

Post a Comment